Bintang Jatuh #1


Bintang Jatuh

Malam ini sangat cerah, cinta. Bagaimana bila kita keluar dan melihat bintang menari?
ººº
Kedua belas dewa-dewi itu telah berkumpul, menampakkan wajah lelah mereka. Kuil Parthenon itu terlihat sepi, hanya terdengar suara Apollo memainkan gitar. Mereka duduk bersama di sebuah meja panjang dan saling berhadapan. Di ujung meja terdapat sang raja, Zeus yang sedang mengangkat piala berisi anggurnya, menandakan pesta makan malam telah dimulai. Seketika saja, keheningan malam itu terpecahkan oleh denting piring dan sendok yang beradu.
“Bagaimana keadaan hari ini, saudariku Athena?” seperti biasa, Zeus mengevaluasi pekerjaan saudara-saudarinya satu per satu.
“Oh, aku lelah sekali saudaraku. Tadi siang aku dipanggil oleh kaum manusia hanya untuk membagi seekor domba untuk sembilan orang. Namun, mereka memberiku persembahan berupa sapi betina berlemak yang gemuk. Sungguh konyol sekali kaum manusia itu.” Jawab Athena sambil merapikan rambut emasnya.
Zeus mendengar cerita itu dengan seksama, lalu menanyakan hal yang sama kepada sang raja laut.
“Saudaraku, jika aku diberi pilihan untuk meninggalkan statusku sebagai dewa atau aku harus mengurus beberapa makhluk-makhluk air yang sakit, aku lebih memilih yang pertama, karena, demi Sungai Stynx, mereka parah sekali jika sakit. Mengeluarkan dari mulut mereka apa yang aku tidak pernah lihat.” Poseidon mengingat kembali kejadian tadi siang, lantas jijik melihat isi piringnya lalu berkata bahwa dia sudah kenyang.
Zeus pun kehilangan nafsu makannya dan berlanjut menanyakan kepada tujuh dewa-dewi lainnya yang juga membalas Zeus dengan keluhan dan helaan nafas panjang. Namun, pengalaman seratus delapan puluh derajat berbeda dengan yang lain, membuat Cupid bersemangat menceritakan kisahnya.
“TADI PAGI SAAT AKU SEDANG MEMETIK BUNGA DI LADANG ADA MANUSIA PEREMPUAN YANG MEMANGGILKU UNTUK MELANCARKAN CINTANYA KEPADA MANUSIA LAKI-LAKI! LALU AKU ISENG MENEMUI MEREKA DAN WUF! AKU MELUNCURKAN PANAH CINTAKU KEPADA SANG LAKI-LAKI KEMUDIAN MEREKA BAHAGIA BERSAMA. DAN TEBAK, MEREKA BERKATA APA PADAKU?”
Serentak kesebelas dewa-dewi lainnya menoleh kepada Cupid, menunggu jawaban yang akan ia ucapkan kepada pertanyaannya sendiri. Semua dewa-dewi mendengarkan, termasuk Hades.
“MEREKA BERKATA BAHWA AKULAH DEWA YANG PALING MEREKA SUKAI HAHAHAHAHAHA!!!!!”
Pertengkaran dicegah terjadi saat Zeus mengangkat petirnya dan menghentikan kesepuluh dewa-dewi yang telah mengeluarkan pedangnya masing-masing, hendak menghantam Cupid. Lalu Zeus menghukum mereka satu per satu dengan mencuci semua piring yang terhidang saat itu. Zeus menghela napas, dan akhirnya menanyakan hal yang sama kepada sang dewa terakhir.
“Aku tidak berbuat apa-apa hari ini, saudaraku. Tidak ada satupun kaum manusia yang ingin memanggilku. Sepertinya mereka masih menyayangi hidup dan nyawa mereka. Padahal, mereka belum mencicipi kematian dan mereka tak tahu betapa indahnya kematian itu, karena yang mereka tahu hanyalah hidup yang fana.” Jawab Hades.
“Saudaraku, tidak semua kaum manusia begitu. Kemarin aku melihat seorang pria tua memukul jantungnya menggunakan tongkat untuk berjalan, padahal di sekitarnya ada alat pemotong kepala kerbau. Mereka hanya tidak berani, Hades. Kau perlu untuk mendengarkan.” timpal Zeus, mengangkat piala anggurnya sekali lagi, yang artinya makan malam telah usai.
Semua dewa-dewi kembali ke kamarnya masing-masing dan ingin sekali tidur karena kelelahan, kecuali Hades, yang sedari tadi berpikir tentang ucapan Cupid yang sangat menyayat hatinya.
“Aku harus menemukan cara untuk menjatuhkannya. Bahwa apa yang dia katakan hanyalah omong kosong belaka. Aku harus melakukan sesuatu.”

Comments

Popular posts from this blog

Song

Tugas Calon Mentor OSKM ITB 2018

Book Review