Bintang Jatuh #5

“Betapa baiknya aku Hades, bahkan aku sudah mengukir namamu di pangkal anak panahnya.”
“Terima kasih, Hephaestus. Kau memang saudara yang baik.”
“Sudahlah Hades, jangan dipikirkan. Aku harus segera pulang ke kuil karena malam ini Zeus akan membangkitkan makhluk langit yang mati. Pasti akan ada banyak panggilan pesta.”
“Oh iya, aku lupa. Katakan pada yang lainnya bahwa aku tak bisa menghadiri semua pesta.”
“Ada apa, saudaraku? Biasanya kau paling semangat dalam menghadiri pesta dan merayakannya?”
Hades tersenyum manis, menatap busur dan anak panahnya dan berkata sambil tidak melepaskan pandangan matanya terhadap benda itu, “Aku hendak merayakannya bersama makhluk yang dibangkitkan Zeus itu.”
Hephaestus mematung tak mengerti namun Hades pergi dan menghilang.
Melalui alat yang diberikan Hera kepada Hades, dia bisa melihat semua keadaan kaum manusia melalui matanya. Dia memperhatikan satu-satu manusia yang menyalakan ‘api unggun’ dan merasa sedikit kecewa karena kebanyakan manusia melihat langit dengan bergerombol. Tapi Hades tidak putus asa, dia tetap mencari. Hingga dia melihat pemandangan ganjil, yaitu hanya ada seorang manusia laki-laki dan perempuan. Dia memfokuskan pandangan menuju mereka, dan mendengar dengan teliti apa yang mereka bicarakan.
“Lihat, Beth! Bintang-bintang malam ini bersinar terang!” kata manusia laki-laki.
“Benar, langit hari ini sedang bersuka! Seperti ada yang membangkitkan semua bintang yang telah mati!” seru sang manusia perempuan. “Bodoh, memang ada.” hardik Hades dalam bisikan.
Lalu tiba-tiba saja sang manusia laki-laki memandang ke wajah sang manusia perempuan dengan tatapan yang Hades pernah lihat. Ya, itu adalah tatapan manusia laki-laki yang hendak menyatakan cintanya kepada manusia perempuan di taman bunga kota waktu itu. Kaget, Hades langsung pergi menuju ke lokasi dengan keadaan tanpa wujud.
Ketika tiba sampai lokasi, Hades senang. Karena dia datang lebih dulu dari Cupid. Atau mungkin, manusia ini tidak memanggil Cupid datang ya? Tidak mungkin dewa datang seterlambat ini. Lalu Hades memilih untuk diam di atas langit, tempat dia bisa mengamati kedua manusia itu secara leluasa. Sepertinya Hades sampai ke lokasi tersebut dalam hitungan sepersekian detik, karena sang manusia laki-laki masih menatap sang manusia perempuan dengan tidak mengubah posisi apapun. “Baiklah, ayo kita mulai.” kata Hades dalam hati.
“Hmm... Beth?” manusia laki-laki itu memanggil sang manusia perempuan.
Manusia perempuan itu berbalik badan, menatap sang manusia laki-laki. “Ya?” jawabnya.
Badan manusia laki-laki itu bergetar, namun ia tetap melanjutkan, “Kau tahu, Beth. Bagaimana keadaan langit malam ini?”
Manusia perempuan itu memandang ke langit lagi, dan berkata, “Tentu saja. Sangat cantik.”
Manusia laki-laki itu memberanikan diri berbicara, sambil menatap ke langit. “Memang.” katanya, “Cantik seperti dirimu.”
“Inilah saatnya”, pikir Hades. Dengan seluruh semangat dan kobaran api balas dendamnya dalam hati, dia memincingkan anak panahnya tepat menuju ke hati sang manusia perempuan. Hades tersenyum licik, merasa dia sudah memenangkan pertempuran. Hades merasakan seluruh tubuhnya panas, akibat ambisi berlebihan yang dirasakannya saat ini. Dia merasakan hangat api merambat melalui tubuhnya, melalui tangannya, jarinya, busurnya, dan akhirnya, api itu membakar anak panahnya. Hades kaget, tentu saja. Namun dia tidak bisa menguasai dirinya, dan pada akhirnya dia melepaskan anak panah itu.
Manusia perempuan itu merasa ada yang aneh dengan langit. “Hei,” katanya. “Apa itu yang sangat bercahaya di langit?”
Manusia laki-laki itu merasa dirinya sudah bersimbah keringat dingin, lalu berkata “Oh yang itu? Benda itu mendekat, loh. Mungkin itu bintang jatuh.” Manusia laki-laki itu tahu dirinya sudah tidak waras dengan berkata begitu tapi memang, benda itu mendekat ke arah mereka berdua.
“Apa? Bintang jatuh?” manusia perempuan itu menoleh sebentar ke manusia laki-laki dan ketika dia menengadah lagi ke langit benda itu sudah memperlihatkan wujud aslinya. “AWAS ITU PANAH BERAPI!”
Anak panah itu tepat menancap pada jantung sang manusia perempuan dan manusia laki-laki itu tidak sadar apa yang terjadi selanjutnya. Manusia laki-laki itu melihat sang manusia perempuan terhentak kaget, matanya melotot meminta pertolongan, mulutnya terbuka lebar, dan manusia perempuan itu jatuh, terbakar. Manusia laki-laki itu jatuh berlutut ke tanah, tangannya menutup seluruh sudut mulutnya, tak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia terlalu kaget untuk menangis, terlalu lemah untuk menolongnya. Manusia perempuan itu sudah hangus terbakar, tak ada yang bisa dilakukannya. Manusia laki-laki itu menghadap lagi ke langit, takut-takut jika ada panah api susulan yang akan menghantamnya. Akan tetapi langit bercahaya dan tenang-tenang saja. Tentu saja, Hades sudah kabur. Manusia itu menatap lagi sisa onggokan arang yang awalnya adalah tubuh manusia perempuan yang dicintainya dan menyadari sesuatu.
Manusia laki-laki itu mengambil anak panah yang membakar habis perempuan itu dan menemukan aksara Yunani Kuno yang tertulis di pangkalnya. Dia membaca itu berulang kali karena merasa tidak percaya akan apa yang tertera di situ.
“Hades.”

ººº

Comments

Popular posts from this blog

Song

Tugas Calon Mentor OSKM ITB 2018

Movie Review